Saturday, March 12, 2016

Kisah Terakhir TGK.AGAM Bersama Alm.CUT Nurasyikin


Kisah ini saya dapatkan dari akun Facebook beliau sendiri, saya terharu akan perjuangan-perjuangan beliau dalam memperjuangkan Nanggroe Aceh Darusallam sehingga menginspirasi saya untuk mencopy paste kisah beliau di dalam blog saya yang sederhana ini,  mohon maaf jika ada kesalahan bentuk penulisan atau ejaan kalimat, Berikut kisah beliau :


KISAH TERAKHIR BERSAMA CUT NURASYIKIN
Kisah ini bermula ketika kami sama-sama berjuang di dalam GAM untuk pembebasan Aceh. Saya aktif dalam GAM semenjak tahun 1998. Cut Nurasyikin mulai aktif jika bukan sedikit lebih awal dari saya, tentu bersamaan dengan saya. Mulanya saya hanya mendengar nama Kak Cut, tetapi semenjak tahun 1999, yaitu menjelang Pawai Referendum Damai, saya kenal langsung dengan Perempuan Hebat ini. Ketika Aceh dibawah Jeda Kemanusiaan di era Gus Dur pada tahun 2000, Kak Cut dan Kak Masyitah pernah dipanggil rapat oleh Tgk Muhammad Lampoh Awe dan Senior Representative GAM untuk HDC karena Kak Cut dan Kak Masyitah dinilai agak banyak membuat statements publik.
Mei 2003: Darurat Militer (Darmil)
Pemerintah Megawati, atas desakan TNI (harap maklum, Mega had no own ideas), Megawati dengan meminjam mulut SBY mengumumkan Darmil untuk Aceh mulai tanggal 19 Mei jam 00:00. Bersamaan dengan Darmil atau lebih dahulu beberapa hari, Cut Nurasyikin ditangkap di Aceh. Pada tanggal 24 Mei saya ditangkap juga setelah beberapa hari berada di Jakarta untuk memulai kegiatan under ground disana. Saya ditransfer ke Aceh setelah sebulan meringkuk di dalam tahanan Polda Metro dimana saya diperlakukan cukup manusiawi. Kami mengalami perlakuan cukup hewani dalam tahanan Polres Aceh Besar (sekarang Poltabes Banda Aceh).
Ruang tahanan saya berukuran 3 x 4 meter yang berisi paling sedikit 20 orang, tak jarang pula berisi sampai 32 orang - berada bersebelahan dengan sel Kak Cut yang berisi sekitar 6 orang. Kak Cut sering membagi makanan kepada kami melalui jeruji pintu besi. Kak Cut juga yang berteriak-teriak untuk menimbulkan perhatian tatkala kami dianiaya diluar batas perikemanusiaan oleh polisi. Kalau Kak Cut sudah berteriak biasanya akan muncul perwira kesana untuk menghentikan penganiayaan itu. Ada seorang perwira yang sering muncul kala Kak Cut membunyikan "sirine"nya, namanya Budiman. Sekarang Pak Budiman adalah Kapolsek Ulee Lheue. Kak Cut divonis 14 tahun (koreksi...) dan saya diputus 9 tahun penjara. Kak Cut mendekam di Penjara Wanita Lhok Nga, sedangkan saya membusuk di Penjara Keudah. Sekali-sekali kami berbicara dengan HP seludupan. Bagi saya HP adalah alutsista untuk meneruskan perjuangan di dalam penjara.
Malam menjelang tanggal 26 Desember 2004, malam terakhir, 5 jam sebelum Tsunami.
Malam minggu, malam terakhir saya berbincang dengan Kak Cut Nurasyikin. Petikan perbincangan selengkapnya saya sajikan dibawah ini, namun bahasanya saya ubah ke dalam Bhs Indonesia, sebagian besar.
Kak Cut Nurasyikin (LP Lhok Nga) menelpon saya (LP Keudah) jam 02 dinihari tanggal 26 Desember 2004.
Kak Cut:
Assalamualaikum Tgk. Agam. Peu haba di sinan? Ini Kak Cut.
Saya:
Wa 'alaikumussalam, disini Jroh, haba got. Teurimonggeunaseh.
Kak Cut:
Tgk. Agam, ada yang mau saya tanyakan sedikit. Boleh, tidak? Saya sangat galau dan sedih akhir-akhir ini.
Saya:
Silahkan Kak Cut. Mau tanya apa?
Kak Cut:
Begini Tgk. Agam, apakah saya masih dianggap sebagai anggota GAM oleh Pimpinan di Swedia? Kan saya dulu pernah diadili di Hotel Kuala Tripa (tempat jururunding GAM).
Saya:
Oh, itu kan sudah selesai permasalahannya sejak lama. No problem. Kak Cut masih seutuhnya anggota GAM.
Kak Cut:
Tapi menurut Pimpinan di Swedia bagaimana?
Saya:
Alaaa, Swedia mana tau apapun mengenai hal itu. Sudah selesai, Kak. Jangan dipikirkan lagi. Kak Cut 100% GAM. Santai aja, Kak Cut.
Kak Cut:
Alhamdulillah.... Alhamdulillah.... Berarti tidak sia-sia pengorbanan saya. Saya masih dianggap sebagai anggota GAM. Alhamdulillah. Saya pikir sudah tidak dianggap lagi. (Suara Kak Cut terisak).
Kemudian percakapan beralih topik, ke laporan pertempuran laut di perairan dekat Belawan antara kapal perang ALRI dengan boat cepat GAM dimana boat milik GAM melakukan serangan dengan RPG-7 terhadap 2 kapal perang RI. Perajurit GAM melaporkan kepada saya sebanyak dua orang kapten kapal di dua kapal perang tersebut tewas. Beberapa bulan yang lalu saya ngobrol dengan seorang Jendral Angkatan Laut, termasuk juga menyinggung cerita jadul tentang pertempuran di laut Belawan tahun 2004, ternyata kedua Perwira AL itu tidak sampai meninggal dunia, hanya luka parah.
Kemudian, Cut Nurasyikin membuat pernyataan yang mengagetkan saya, dan saya protes keras atas pernyataan itu, karena terlalu absurd atau kabur. Tidak mungkin terjadi begitu cepat tanpa agenda apapun.
Kak Cut:
Tgk. Agam, dalam waktu yang sangat dekat ini kita akan memperoleh kemerdekaan. Mungkin saya tidak sempat melihatnya, saya akan meninggal dunia sebelum kemerdekaan itu. Semoga Tgk. Agam dapat melihatnya.
Saya:
Kak Cut.... Kak Cut....!!! Omong apa itu? Gak mungkin terjadi. Tidak ada agenda apa pun tentang Aceh di UN. Jangan sampai Kak Cut telepon ke lapangan, takut nanti timbul eforia yang tidak logis di kalangan pasukan kita, dan menjadi lengah.
Kak Cut:
Ya... Ya... Tgk Agam, tapi ini pasti. Saya jamin kita akan mengalami kemerdekaan, tapi saya tidak sempat melihatnya......
Saya (memotong):
Stop.... Stop.... Kak Cut, jangan teruskan lagi. Gak mungkin, gak mungkin!!!
Kak Cut:
Benar, Tgk. Agam, benar omongan saya. Teungku lihat saja nanti tanggal 30 Abraham Lincoln beserta ribuan tentara Amerika akan mendarat di Aceh, lalu diikuti ribuan tentara dari banyak negara berduyun-duyun ke Aceh.
Saya:
Nyan ka kon.... Nyan ka kon.... (Ini sudah tidak logis). Darimana sumber beritanya, darimana sumber beritanya? Tolong Kak Cut sebutkan sumber beritanya. Tolong jangan Kak Cut propagandain ahli propaganda.
Kak Cut:
Dari BBC....
Kak Cut terdesak dengan pertanyaan saya maka dia jawab sekenanya saja, dari BBC.
Saya:
Ho....ho.... Kak Cut, saya dengar BBC 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Gak ada berita itu. Yang benar aja, darimana sumbernya?
Tut tut tut..... Telepon putus. Saya coba telepon lagi, tapi tidak tersambung. Saya perkirakan HP Kak Cut kehabisan baterai. Jam menunjukkan pukul 03:15 dinihari tanggal 26 Desember 2004. Saya tidur.


EPILOG
Esok hari, sekitar pukul 07:20 tanggal 26 Desember 2004 gempa 9.1 SR mengguncang Aceh. Saya yang lumayan banyak membaca termasuk tentang mekanisme gempa dan dampaknya, berkeliling penjara mengabarkan bahwa gempa ini berpotensi Tsunami. Tetapi saya tidak pernah berpikir Tsunaminya begitu dahsyat. Palingan sepinggang, pikir saya. Namun untuk mengantisipasi segala hal, saya ikat sepatu sport saya erat-erat dan saya masukkan HP dan rokok Marlboro merah saya kedalam kantong plastik lalu saya ikat dengan karet. Tak lama Tsunami pun datang bagaikan kiamat. Saya menyelamatkan diri keatas atap mushalla di tingkat dua menunggu surutnya air.
Pada hari ke-3 pasca Tsunami saya kabur ke Jakarta via Medan. HP mulai aktif lagi pada hari ke-3. Nur Djuli dll saya sms untuk mengabarkan bahwa saya masih hidup. Bungkus rokok Marlboro merah saya perlihatkan kepada aparat sweeping di jalan raya seolah KTP Merah Putih, dan saya lolos.
Srikandi Aceh Cut Nurasyikin telah syahid dalam Tsunami. Tidak ada yang berhasil keluar hidup dari Penjara Lhok Nga.
Sore hari tanggal 30 Desember, saya tiba di Jakarta. Tak lama kemudian, muncul sms dari Nur Djuli: "Abraham Lincoln landed". Saya balas sms: "Apa itu Abraham Lincoln?" Rasanya out of context. Lalu Nur Djuli menjelaskan bahwa Kapal Induk Amerika telah masuk Aceh membawa ribuan tentara.
Pruuuuummmm..... Kontan saya teringat apa kata Almarhumah Cut Nurasyikin, "Teungku lihat saja tanggal 30 nanti Abraham Lincoln beserta ribuan tentara Amerika akan mendarat di Aceh, lalu diikuti ribuan tentara dari banyak negara berduyun-duyun ke Aceh". Saya memang tidak "ngeh" waktu itu ketika Kak Cut Nur Asyikin menyebut nama Abraham Lincoln maksudnya apa.
Tentang berdatangannya puluhan ribu tentara asing ke Aceh sesuai dengan vision Almh Cut Nur Asyikin sewaktu Beliau menelpon saya pada dinihari tanggal 26 Desember 2004, 5 jam sebelum Beliau syahid dalam Tsunami, adalah FAKTA. Akan halnya vision merdeka baru dapat diterjemahkan ke dalam 2 hal: merdekanya ratusan ribu roh Rakyat Aceh ke surga karena Tsunami, atau merdeka kecil - perdamaian dan otonomi khusus bagi yang hidup.
Ilaa nabiyil mustafa wa ilaa syaikuna, wa amiruna, wa ilaa ummuna wa abuwaina, wa ilaa arwahi Cut Nurasyikin dan semua korban Tsunami, Al-Fatihah........

Sekian. Lebih dan kurang saya mohon maaf. (kisah beliau)

Tuesday, March 1, 2016

Detik-Detik jusuf kalla mencari solusi dari Aceh Merdeka



Konflik Poso Dan Ambon Selesai. PADA Maret 2002, Jusuf Kalla, Hamid Awaludin, Dan Farid Husain, mediator perundingan Damai ITU, bergegas Meninggalkan Indonesia Bagian Timur untuk review MASUK Ke daerah adalah Konflik Aceh Yang terletak di Indonesia Bagian Barat.

Ketiganya Mulai Membuka Jalur communication Ke Pemimpin Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mereka Ingin melakukan pendekatan DENGAN Cara informal. Farid Husain Membangun communication DENGAN panglima GAM Dari hutan Aceh Sampai luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Belanda, Dan Swedia. Hamid Dan Kalla melobi agar GAM mau Duduk berunding.

Bulan Oktober 2003, Hamid Dan Farid Bersama penghubung Amsterdam GAM, Mahyudin, terbang Ke. Saat mereka Tiba, tak Satu pun orangutan GAM Amsterdam Yang Muncul. Keesokan harinya, Mahyudin menghubungi orangutan GAM di Denmark. Gayung bersambut. Yusron, orangutan GAM Denmark ITU, bersedia Bertemu Hamid. Mereka berbincang selama empat dalam kemacetan. TAPI perbincangan tersebut tak mencapai Kesepakatan APA pun.

Hamid Dan Kalla berinisiatif menemui orangutan GAM Malaysia di kota Batam, Yaitu Harun Kancil Dan Kandang. Kedua orangutan GAM Penyanyi Setuju MEMBUAT Jadwal Pertemuan Utusan Pemerintah Indonesia DENGAN para orangutan GAM di Malaysia. Namun, orang-orangutan GAM di Malaysia Ternyata Tak Punya pengaruh KUAT Beroperasi politik. Masih Belum PUAS, tim Kalla pun Kembali Mencari Hubungan DENGAN GAM di Belanda. Di kota Amsterdam, mereka BERHASIL menemui Anak-anak muda GAM.

suaka politik GAM Terjadi PADA Tahun 2003 ketika Pemerintah Malaysia hendak memberikan suaka politik ditunjukan ditunjukan kepada 238 Dari orangutan Sekitar 35.000 orangutan pengungsi Dari Aceh. Mereka Adalah ANGGOTA Kelompok separatis Gerakan Aceh Merdeka (Oleh Pemerintah Indonesia Waktu ITU disebut sebagai "Gerakan Separatis Aceh" (GSA) Yang melarikan Diri sewaktu melakukan TNI perbedaan Operasi terpadu beberapa Titik Pertahanan mereka.



Deputi Perdana Menteri Malaysia Waktu ITU, Abdullah Ahmad Badawi, mengatakan Mengenai kemungkinan Bagi Malaysia ulasan untuk review Memberi Izin SEMENTARA untuk review Warga Aceh Yang meminta suaka politik. Hal Penyanyi dilakukan sebagai perbedaan tanggapan pernyataan UNHCR untuk review memberikan Perlindungan hukum bagi para pengungsi Yang Datang Dari Aceh. Pernyataan Penyanyi mendapat Reaksi penentangan keras pihak Dari Indonesia. Menanggapi keberatan Indonesia, PM Malaysia kala ITU, Mahathir Mohammad, menegaskan bahwa pemerintahnya TIDAK akan memberikan suaka politik Bagi pengungsi Dari Aceh Dan mereka dianggap sebagai imigran Gelap.



Perbincangan ITU berlangsung Semalam suntuk di differences perahu Yang mengitari kota Amsterdam.

"Andari Hebat Perang, TIDAK mungkin mengalahkan Indonesia TAPI Kami susah also mengalahkan GAM. Sudah 30 Tahun Perang, kalau Begitu kitd berjabat serbi Malam Ini, kitd Perang 100 Tahun Saja, "ucap Kalla, Penghasilan kena pajak mendengar umpatan keras para GAM muda ITU.

Yusuf Kalla menuturkan Pengalaman Penyanyi ditunjukan kepada mereka Yang Hadir di Acara peluncuran buku Hamid Awaludin, Damai di Aceh: Catatan Perdamaian RI-GAM di Helsinki PADA Pertengahan Mei 2008 Lalu di Jakarta. Malik Mahmud, Perdana Menteri GAM, Hadir hearts Acara tersebut.

PADA Oktober 2004, Kalla BERHASIL menghubungi panglima GAM di Aceh, Muzzakir Manaf, DENGAN Bantuan Gubernur Aceh Saat ITU, Abdullah Puteh. Kalla Bicara Langsung DENGAN Muzzakir through telepon.

"Percuma Bicara DENGAN Saya, KARENA Kami ditentukan Oleh Pimpinan (di Swedia)," ucap Kalla menirukan jawaban Anda Muzzakir Saat ITU.

Dua bulan Sesudah Kalla menghubungi Muzzakir, Aceh dilanda tsunami. RIBUAN mayat bergelimpangan, termasuk sejumlah Aktivis GAM Yang BUANA di Penjara Aceh.

JAKARTA di Awal tahun baru 2005 Sangat sibuk Dan panik. Rapat demi Rapat digelar Jusuf Kalla selaku wakil Presiden, mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ATAU SBY. SEBUAH tim perunding Perdamaian DENGAN Kelompok GAM pun dibentuk Kalla Dan disetujui SBY.

Tim perunding Penyanyi terdiri Dari Hamid Awaludin, Sofyan Djalil, Farid Husain, Usman Basyah, Dan I Gusti Agung Wiseka Puja.

Hamid menjabat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Farid Husain menjabat staf Ahli Jusuf Kalla Dan also Seorang Dokter. Sofyan Djalil Adalah Menteri Informasi dan Komunikasi. Usman Basyah menjabat Deputi Menteri Koordinasi Politik Hukum dan Keamanan, sedangkan I Gusti Wiseka Puja merupakan Direktur Hak Asasi Manusia, Kemanusiaan, Dan Sosial Budaya.

Mereka Berbagi Peran. Hamid membaca buku-buku TENTANG Aceh untuk review mempelajari Sejarah Aceh Dan ideologi GAM. Sofyan mempelajari PETA Aceh untuk review mengidentifikasi daerah adalah Yang secara Jadi GAM. Farid bertindak sebagai Pemasok Informasi tentang orang-orangutan GAM. Puja memperkuat misi Kemanusiaan Dan Usman Basyah berkonsentrasi PADA Hukum dan Hubungan politik internasional.

Kalla seringkali memanggil Hamid Dan Sofyan Beroperasi Mendadak Ke istana ataupun Ke rumah dinasnya.

"Sofyan, Hamid, Apa Artinya MM?" Tanya Kalla.

"TIDAK tahu, Pak," jawab Hamid.

"Penghasilan kena pajak Kami Keluar, Saya DENGAN Pak Sofyan saling bertanya, MM ITU nama di orangutan ATAU nama di kota? TIDAK ADA jawaban Anda Dari Kami, "tutur Hamid ditunjukan kepada Hadirin hearts peluncuran bukunya.

Pukul Sepuluh Malam di hari Yang sama, Hamid MENERIMA telepon Dari Kalla.

"Buat apa Kamu? 'Saya sedang membaca buku TENTANG Aceh.' Kamu Sudah industri tahu artinya MM? 'Belum, Pak'. MM ITU artinya Malik Mahmud, "ujar Hamid, mengutip percakapannya DENGAN Kalla.

Penghasilan kena pajak Kalla Menutup teleponnya, Hamid Segera menelepon Sofyan. "Pak Sofyan, Saya Sudah temukan MM jawaban Anda. 'Apa pak? "Malik Mahmud. Esok harinya Bertemu di Sidang kabinet, Pak Sofyan Langsung Wapres temui. 'Pak Kami Sudah temukan arti MM itu'. Apa? 'Malik Mahmud. "Itu kan Dari Hamid Tadi Malam Saya telepon kata Wapres," kata Hamid, Lagi.

Kelucuan menyangkut inisial nama di ITU Terus Terjadi.

Suatu Saat Kalla menanyakan kepanjangan "SD".

"Kami Sudah temukan Pak, SD ITU Sofyan Dawood, tokoh GAM," ucap Hamid. "Kan Masih Ada Satu Lagi SD. 'Siapa, Pak?' Bagaimana kamu berunding dirimu Sendiri TIDAK industri tahu. SD ITU Sofyan Djalil, "kata Hamid, menceritakan Kembali pembicaraannya DENGAN Kalla.



Sebagai konseptor, Kalla merancang SEMUA perundingan. Ia MEMBUAT formasi tim Dan Persiapan Awal. Ia mengatur bagaimana mengawal Proses perundingan Sampai Akhir perundingan. Ia also Menjadi eksekutor Putusan PADA situasi genting hearts perundingan. Ia Memang sejak Awal merancang Taktik dan Strategi juru Runding Pemerintah Indonesia.

Formasi Tim Kecil ITU tak ADA orangutan Jawa di dalamnya. Farid, Hamid, Dan Kalla Adalah orangutan Bugis, Makassar.

"INI Minta maaf kenapa orangutan Makassar. Pertama kitd Punya Pengalaman di doa Tempat (Poso Dan Ambon). Kedua, maaf Penyanyi, kalau Saya bawa orangutan Jawa, Langsung dimaki-maki. Oh, orangutan Jawa Penyanyi menjajah kitd, "kata Kalla.

"Minta maaf, differences Pengalaman ITU (orangutan Jawa), Jangan MASUK (tim perunding). Dalam buku Sejarah, Saya temukan bahwa di Aceh ADA orangutan Bugis Jadi raja Dan Jangan lupa orangutan Aceh TIDAK ADA Jadi raja di Bugis, "Katanya, Lagi.

Kalla menginginkan tim Pemerintah Indonesia berunding muka dengan muka, Bertemu Langsung DENGAN parties GAM. "Kenapa muka dengan muka, Anda Tahu bahasa tubuh (bahasa Tubuh). Saya TIDAK mengatakan Kesalahan, TAPI COHA (Kesepakatan Penghentian Permusuhan) ITU TIDAK ketemu di Jenewa. Indonesia di KAMAR 1, Pak Malik (Mahmud) di KAMAR 2. Ada Perantara, ngomong here ngomong sana. Pasti ITU bahasa tubuh TIDAK baca, "katanya.

Ia mempelajari Pemikiran Dan Karakter tokoh-tokoh perjuangan GAM, termasuk mempelajari sebab-sebab gagalnya perundingan GAM Dan Pemerintah Indonesia.

PADA Tahun 2000 Hingga 2002, Pemerintah Indonesia Dan GAM Duduk berunding DENGAN difasilitasi Henry Dunant Center. Perundingan ITU menghasilkan Kesepakatan penghentian permusuhan Dan Jeda Kemanusiaan, demi Keamanan Dan Kesejahteraan rakyat Aceh. Namun, kemudian sebulan, Terjadi Kontak Senjata ANTARA TNI (Tentara Nasional Indonesia) Dan GAM. Para perunding GAM also ditangkap Dan dijeblos Ke Penjara.


COHA Gagal, KARENA SIKAP saling Curiga. Upaya genjatan Senjata tak memiliki Jaminan KUAT KARENA kedua parties Masih Menguasai Senjata di Wilayah teritorinya masing-masing. Masa COHA justru dimanfaatkan GAM Dan TNI untuk review memobilisasi kekuatan Militer mereka.

Sejarah COHA ITU dipelajari Kalla. Perundingan Damai Yang besarbesaran Rintis Kali Penyanyi Menjadi Taruhan terakhir di Indonesia untuk review mengakhiri Perang di Aceh. Ia Ingin perundingan Damai dibangun DENGAN rasa saling Percaya Yang KUAT. Ia pun Bergerak mendekati orang-orangutan di Lapangan, GAM Dan TNI, SEBELUM Duduk perundingan di meja Negara.

KARENA ITU besarbesaran Sangat mewanti-wanti Hamid, Ketua tim juru Runding, mempelajari untuk review bahasa ilmubody ATAU bahasa Tubuh.

"Mid, Kau Datang jabat serbi ERat DENGAN Pak Malik. Lihat matanya Supaya Andari mengetahui cahayanya, keinginannya, spiritnya, Dan keunggulan masing-masing, "ucap Kalla.

"Jangan TIDAK. Kalau inderect (tak Langsung), Pulang! TIDAK ADA Pertemuan langsung Yang BERHASIL. Harus langsung (Langsung Bertemu)! Mereka mau marah silahkan, Kau Tenang Saja, "ucap Kalla, Mengenang masa ITU.


MENDEKATI Akhir Januari 2005, Kalla Semakin sibuk membekali tim perunding Indonesia. * Semua Pertemuan dilakukan DENGAN rahasia Dan Sangat Tertutup. Pertemuan pun Hanya diadakan di istana Presiden Dan wakil Presiden ATAU di rumah dinasnya di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat.

Kalla also mengumpulkan para duta gede gatra sahabat untuk review memberikan Dukungan internasional Terhadap perundingan Damai ANTARA Pemerintah Indonesia DENGAN GAM Yang akan digelar Penyanyi. Duta Besar Yang diundang ANTARA berbaring Dari gatra Libya, Konsultasi Kesehatan, Hukum, Inggris, Australia, Swedia, Finlandia, Singapura, Dan Jepang. Kalla memilih negara-gatra ITU DENGAN perhitungan Dan Alasan Yang KUAT.

Libya dilibatkan KARENA Menjadi Tempat latihan Militer GAM. Swedia, KARENA NEGARA ITU Jadi Markas para Pemimpin GAM, macam Hasan Tiro, Yang also Warga Negara Swedia. Lalu Finlandia sebagai mediator perundingan, Yang melibatkan Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari. Inggris Diminta mengerahkan kekuatannya di Uni Eropa untuk review menekan para petinggi GAM di Swedia untuk review Duduk berunding. Begitu also Konsultasi Kesehatan, Hukum, DENGAN kekuatan politiknya can mempengaruhi Dunia internasional untuk review mendukung Upaya Perdamaian Aceh-Indonesia. Jepang pun demikian, DENGAN kekuatan ekonominya can menekan petinggi GAM agar mau berunding. Singapura dilibatkan hearts Pengembangan strategi Penyanyi KARENA Malik Mahmud, Pemimpin GAM, berkewarganegaraan Singapura, Dan bermukim di Swedia DENGAN paspor Singapura.

perundingan Skenario Langsung disusun. Kalla membeberkan sketsa kompromi ANTARA Pemerintah Dan GAM. Berikut sketsa Skenario 23 Januari 2005, Yang Dibuat Kalla Dan dijadikan 'kitab kuning' Oleh Hamid di meja Negara perundingan.

Penyelesaian BERMARTABAT
TARGET MAX
RI: GAM Menyerah Tanpa Syarat.
GAM: Merdeka
Kompromi: Aceh Tetap hearts NKRI DENGAN Otonomi Khusus Dan GAM menghentikan Perlawanan Dan turun-menyerahkan Senjata DENGAN Syarat-Syarat Tertentu.



EMPAT hari setelah skenario itu selesai,  delegasi Indonesia segera terbang ke Helsinki, Finlandia melalui bandara Singapura. Kepergian dan kegiatan mereka dilakukan secara diam-diam dan tertutup.

“Sampai enam bulan yang tahu isi dan jalannya perundingan cuma lima orang ditambah dua orang, saya dan presiden. Ndak ada yang tahu lainnya,” kenang Kalla. 

Hari pertama di putaran pertama, 28 Januari 2005, skenario penawaran otonomi khusus mendapat perlawanan sengit dari GAM, yang menghendaki referendum dan kemerdekaan. Kedua pihak terlibat debat sengit dan emosional. Jalannya perundingan terancam deadlock alias buntu. 

“Pada hari pertama saya memberikan pandangan tentang perjuangan GAM untuk kemerdekaan Aceh. Tetapi, mungkin Pak Hamid kurang mengerti maksud saya menceritakan sikap GAM waktu itu. Tiba-tiba saya lihat Pak Hamid marah,” kata Malik Mahmud.

“Sorenya saya sudah terasa, saya bilang pada teman-teman. Kalian harus berhenti malam ini untuk pulang besok,” ucap Malik Mahmud. “Tetapi esok pagi, kami dijemput oleh Pak Juha Cristensen yang menyampaikan kabar bahwa kami diundang oleh Pak Ahtisaari untuk bertemu dengan pihak RI (Republik Indonesia),“ lanjutnya. 

Semula Malik tak punya kesan baik terhadap Hamid.

“Saya perhatikan Pak Hamid yang duduk di muka saya. Beliau dalam perdebatan seolah-olah serius, yang banyak bicara Pak Sofyan Djalil. Pak Hamid tetap diam. Beliau melihat handphone-nya, sekali-kali dia berbicara atau meletakkan handphone-nya. Saya berpikir, dengan siapa Pak Hamid berbicara. Pada kami, saya lihat Pak Hamid mulutnya komat-kamit, terus saya bilang mungkin dibacanya mantra. Hee... hee... Ada doa ajaib di mulut beliau. Tapi, dalam hati saya, ndak apa-apalah. Kalau untuk perdamaian, saya bilang amin,” kisah Malik, sambil tersenyum-senyum mengingat peristiwa itu.

Lama-kelaman kesan Malik terhadap Hamid berubah.

“Hebat sekali Pak Hamid ini seperti komputer canggih, bisa menerimahandphone, kemudian bisa menjawab persoalan sekaligus. Dan yang mengherankan bahwa apabila Pak Hamid berbicara, semuanya keputusannya positif. Jadi saya sudah tidak khawatir lagi kalau Pak Hamid diam-diam tidak punya persoalan, saya akan berdebat dengan Pak Sofyan saja,” kata Malik lagi.



Suasana mulai mencair. Ketegangan-ketegangan bisa teratasi. Tenggat waktu perundingan sesuai dengan skenario pemerintah Indonesia. Berlangsung lima kali putaran selama kurang lebih enam bulan. 

“Saya harus 30 hari, lima hari kali enam bulan, tidurnya dini hari karena perbedaan waktu. Mereka rapat, di sini jam dua malam, baru selesai. Terpaksa tungguin hasilnya,” ujar Kalla.

Kalla juga mendengar jalannya perundingan melalui rekaman telepon Hamid dan memberi instruksinya melalui pesan pendek.

Taktik itu sangat jitu. Persoalan-persoalan yang terancam deadlock bisa diatasi. Soal senjata GAM dan pasukan TNI, misalnya, sempat menjadi perdebatan panjang dan terancam jalan buntu. Kalla pun langsung menggunakan ilmu dagangnya, yaitu sistem cash and carry, ada uang ada barang.

“Pokoknya senjata dibagi tiga, 800 senjata GAM dibagi tiga, serahkan masing-masing 300. Batalyon TNI berjumlah 30-an. Oke, setiap 300 senjata kembali 10 batalyon. Itu jalan tengahnya. Waktu itu Ahtisaari bilang oke, cash and carry,” kisah Kalla. 

Pada saat perundingan masuk ke putaran keempat di bulan Mei 2005, negosiasi tentang partai lokal sangat alot. GAM menolak bergabung dengan partai nasional yang ditawarkan pemerintah Indonesia. Sebaliknya, pemerintah Indonesia tak menerima konsep partai lokal yang diinginkan GAM karena dianggap berlawanan dengan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. 

“Pak Hamid bilang itu melanggar konstitusi, saya bilang ini kan urusan dan tugasnya pemerintah. Jadi kalau konstitusi tidak boleh, Pak Hamid bilang ke Pak Jusuf Kalla dan SBY, ubah saja konstitusi untuk memungkinkan terbentuknya partai lokal di Aceh. Dan, kita mendapat kedamaian di Aceh,” tutur Malik.

Pemerintah Indonesia sangat keberatan terhadap pembentukan partai lokal di Aceh, karena curiga GAM menjadikan strategi ini untuk menuntut kemerdekaan Aceh. 

Ahtisaari berperan penting untuk mengatasi hal ini. Hamid mengutip kata-kata Ahtisaari saat perundingan dalam bukunya.

“Jika Anda tetap tidak mau melupakan ide dan pembicaraan tentang kemerdekaan, lebih baik Anda meninggalkan tempat dan pertemuan ini. Pokoknya tak ada pembicaraan tentang kemerdekaan. Saya hanya mau berbicara dengan Anda semua dalam kerangka otonomi khusus,” kata Ahtisaari kepada pihak GAM. 

“Anda hanya membuang-buang waktu saya. Ingat, sebelum Anda meninggalkan ruangan ini, saya ingin mengatakan bahwa mimpi Anda untuk merdeka tidak akan pernah kesampaian. Paling tidak, selama saya masih hidup atau Anda masih hidup. Saya akan menggunakan semua pengaruh saya agar Anda tidak mendapatkan dukungan apa pun di dunia internasional,” katanya, sambil membanting pensil di atas meja.

Pada malam itu, Jusuf Kalla sangat bingung. Ia benar-benar cemas tuntutan pembentukan partai lokal dari GAM dapat menggagalkan perundingan damai yang mendekati putaran akhir. Di tengah ketakutan itu, seorang kyai Mesir, sahabatnya menelepon. Kyai Mesir itu tahu kegundahan Kalla. Sang kyai meminta Kalla membaca ayat tertentu.

Entah karena pengaruh ayat itu atau kebetulan, kedua pihak yang berunding mulai lebih santai dan saling mendekat.

Hamid tampak sering berbicara secara pribadi dengan Malik Mahmud dan Zaini Abdullah, Menteri Luar Negeri GAM. Mereka mulai berbicara dari hati ke hati.

“Pak Hamid, tolonglah sekali lagi, berikanlah rakyat Aceh harapan. Kami telah melepaskan tuntutan kemerdekaan dan kami akan menghentikan perlawanan terhadap pemerintah. Tetapi beri kami kendaraan khusus, partai politik lokal. Biar rakyat Aceh mengenang bahwa kita memberi martabat buat mereka. Tolonglah Pak Hamid, saya ini sudah tua dan ingin sekali melihat Aceh damai sebelum ajal saya diambil oleh yang di atas sana,” ujar Malik. Kata-kata Malik ini dikutip Hamid dalam bukunya.

Saat itu Malik menangis dengan wajah memerah. Malik kemudian menggamit tangan Hamid dan berkata, ” Pak Hamid masih amat muda dibanding saya. Mungkin Pak Hamid akan menyaksikan dan menikmati apa yang kita lakukan di sini. Orang Aceh akan mengerti dan tahu balas budi, Pak Hamid.” 

Setelah itu Hamid menelepon Jakarta. Hamid juga melaporkan ucapan Malik di putaran terakhir perundingan tersebut, “Masalah nama GAM, pada akhirnya akan hilang bila masanya tiba.”

Mendengar perkataan Malik itu, hilanglah bayang-bayang kemerdekaan yang menghantui delegasi Indonesia sejak pertama kali datang berunding.

Akhirnya pembentukan partai lokal di Aceh diterima pemerintah Indonesia. Pada 17 Juli 2005, rancangan Perjanjian Helsinki ditandatangani bersama.

Pada  15 Agustus 2005, rancangan itu disahkan sebagai Perjanjian Damai Helsinki. Penandatanganannya disaksikan Ahtisaari.

Sebentar lagi Perjanjian Helsinki akan berumur tiga tahun. Partai yang didirikan oleh orang-orang GAM pun terus berganti nama dan lambang. Pada 23 Mei 2008 lalu, partai mereka yang semula diberi nama Partai GAM telah berganti nama menjadi Partai Aceh. Tak ada lagi nama GAM. Masanya telah tiba, seperti kata Malik Mahmud.***



*) Basilius Triharyanto adalah Kontributor Pantau Aceh Feature Service di Jakarta.

Monday, February 29, 2016

sejarah hikayat prang sabi


        Hikayat Prang Sabi adalah sebuah hikayat yang diciptakan atau dikarang oleh Tgk Chik Pante Kulu yang merupakan sebuah syair kepahlawanan yang membentuk suatu irama dan nada yang sangat heroik yang membangkitkan semangat para pejuang Aceh dari zaman penjajahan portugis sampai zaman penjajahan Belanda.
Hikayat Prang Sabi adalah salah satu inspirator besar dalam menentukan perjuangan rakyat Aceh. Memang sejak dulu bangsa Aceh sangat akrab dengan syair-syair perjuangan Islam, sajak-sajak akan sebuah hakikat keadilan. Hikayat ini selalu diperdengarkan ke setiap telinga anak-anak aceh, laki-laki, perempuan, tua muda, besar kecil dari zaman ke zaman dalam sejarah Aceh Sepanjang Abad.
Kalau kita belajar dari sejarah, maka Aceh lah negeri yang paling ditakuti oleh Portugis dan sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda sejak tahun 1873 serta Jepang. Beribu macam taktik perang yang digunakan oleh para penjajah tetapi tidak dapat menguasai Aceh yang unggul dengan taktik perang gerilyanya. Sejarah mencatat bahwa perang kolonial di Aceh adalah yang paling alot, paling lama, dan paling banyak memakan biaya perang dan korban jiwa penjajah.
Pengaruh hikayat perang sabil hasil karangannya, telah mampu membangkitkan semangat jihad siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan perang melawan penjajahan Belanda ketika itu. Sehingga Zentgraf dalam bukunya “Aceh” (1983) menulis banyak pemuda yang memantapkan langkahnya ke medan perang Aceh melawan Belanda karena pengaruh buku hikayat perang sabil yang sengaja ditulis seorang ulama besar Aceh bernama Tgk. Muhammad Pante Kulu.
Menurut Zentgraf, hikayat perang sabil karangan ulama Pante Kulu telah menjadi momok yang sangat ditakuti oleh Belanda, sehingga siapa saja yang diketahui menyimpan-apalagi membaca hikayat perang sabil itu mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerintah Hindia Belanda dengan membuangnya ke Papua atau Nusa Kembangan. Sarjana Belanda ini menyimpulkan, bahwa belum pernah ada karya sastra di dunia yang mampu membakar emosional manusia untuk rela berperang dan siap mati, kecuali hikayat perang sabil karya Pante Kulu dari Aceh. Kalau pun ada karya sastrawan Perancis La Marseillaise dalam masa Revolusi Perancis, dan karya Common Sense dalam masa perang kemerdekaan Amerika, namun kedua karya sastra itu tidak sebesar pengaruh hikayat perang sabil yang dihasilkan Muhammad Pante Kulu.
Itu sebabnya, Ali Hasjmy menilai bahwa hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu telah berhasil menjadi karya sastra puisi terbesar di dunia. Menurut Hasjmy, pengaruh syair hikayat perang sabil sama halnya dengan pengaruh syair-syair perang yang ditulis oleh Hasan bin Sabit dalam mengobarkan semangat jihad umat Islam di zaman Rasulullah. Atau paling tidak, hikayat perang sabil karya Chik Pante Kulu dapat disamakan dengan illias dan Odyssea dalam kesusastraan epos karya pujangga Homerus di zaman “Epic Era” Yunany sekitar tahun 700-900 sebelum Mesehi.
Mengapa hikayat perang sabil begitu berpengaruh dalam membangkitkan semangat jihat perang orang Aceh melawan Belanda. Menurut telaahan, hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari empat bagian (cerita). Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil. Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda.
Ada dua Versi pendapat tentang Tgk. Chik Pente Kulu dalam mengarang hikayat perang sabil ini. Sebagian mengatakan, hikayat perang sabil ini dikarang Chik Pante Kulu ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Mekkah ke Aceh. Berarti hikayat perang sabil ditulis Chik Pante Kulu di atas kapal selama dalam pelayarannya dari Arab ke Aceh. Pendapat lain mengatakan, hikayat perang sabil ini ditulis Chik Pante Kulu adalah atas suruhan Tgk. Chik Abdul Wahab Tanoh Abee yang lebih dikenal Tgk. Chik Tanoh Abee.
Karena, pada waktu Tgk. Muhammad Saman Ditiro meminta izin pada Tgk. Chik Tanoh Abee untuk berperang melawan Belanda. Maka saat itu Tgk. Chik Tanoh Abee menanyakan pada Tgk. Chik Ditiro: “Soe yang muprang dan soe yang taprang?”. Chik Ditiro menjawab: “Yang muprang Muhammad Saman, yang taprang kafe Belanda”. Menurut hikayat marga tanoh abee, sekiranya waktu itu Chik Ditiro menjawab, yang muprang ureung Islam, yang taprang Belanda. Kemungkinan Tgk. Chik Tanoh Abee tidak merestui Chik Ditiro untuk berperang, karena kalau orang Islam yang berperang, karena di kalangan orang Islam sendiri masih banyak yang harus diperangi, yaitu orang-orang yang bukan Islam sejati.
Tetapi karena jawaban Tgk. Chik Ditiro: yang muprang Muhammad Saman dan yang taprang kafe Belanda, maka Tgk. Chik Tanoh Abee merestui Tgk. Chik Ditiro menggerakkan peperangan untuk melawan Belanda. Dalam mendukung gerakan perang ini Tgk. Chik Tanoh Abee mengarang khusus hikayat perang sabil dalam bahasa Arab untuk pimpinan-pimpinan perang. Sedangkan untuk lasykar perang hikayat perang sabilnya dikarang oleh Tgk. Chik Pante Kulu dalam huruf Jawi berhasa Aceh, yang kemudian hikayat perang sabil karangan Tgk. Chik Pante Kulu ini membawa pengaruh luar biasa dalam membangkitkan semangat jihad lasykar Aceh berperang melawan Belanda.
Salah satu bagian paling penting dari Hikayat Prang Sabi adalah pendahuluan atau mukadimah. Bagian yang juga berbentuk syair ini menunjukkan secara jelas tujuan ditulisnya Hikayat Prang Sabi, dalam hubungannya dengan perang melawan Belanda. Setelah diawali dengan puji-pujian kepada Allah pencipta semesta alam, syair-syair pada mukadimah berlanjut pada seruan untuk perang Sabil. Juga disebutkan satu pahala yang dapat diperoleh bagi mereka yang berjihad dalam perang Sabil (jalan Allah-Red). Salah satu pahala yang akan diterima mereka yang mati syahid dalam perang tersebut adalah akan bertemu dengan dara-dara dari surga ( Bidadari ).
HIKAYAT PRANG SABI
Salam alaikom walaikom teungku meutuah
Katrok neulangkah neulangkah neuwo bak kamoe
Amanah nabi...ya nabi hana meu ubah-meu ubah
Syuruga indah...ya Allah pahala prang sabi....
Ureueng syahid la syahid bek ta khun matee
Beuthat beutan lee...ya Allah nyawoung lam badan
Ban saree keunueng la keunueng senjata kafee la kafee
Keunan datang...ya Allah pemuda seudang...
Djimat kipah la kipah saboh bak jaroe
Jipreh judo woe ya Allah dalam prang sabi
Gugor disinan-disinan neuba u dalam-u dalam
Neupuduk sajan ya Allah ateuh kurusi...
Ija puteh la puteh geusampoh darah
Ija mirah...ya Allah geusampoh gaki
Rupa geuh puteh la puteh sang sang buleuen trang di awan
Wat tapandang...ya Allah seunang lam hatee...
Darah nyang ha-nyi nyang ha-nyi gadoh di badan
Geuganto le tuhan...ya Allah deungan kasturi
Di kamoe Aceh la Aceh darah peujuang-peujuang
Neubi beu mayang...ya Allah Aceh mulia...
Subhanallah wahdahu wabi hamdihi
Khalikul badri wa laili adza wa jalla
Ulon peujoe Poe sidroe Poe syukoe keu rabbi ya aini
Keu kamoe neubri beu suci Aceh mulia...
Tajak prang meusoh beureuntoh dum sitre nabi
Yang meu ungkhi ke rabbi keu poe yang esa
Soe nyang hantem prang chit malang ceulaka tubuh rugoe roh
Syuruga tan roeh rugoe roh bala neuraka...
Soe-soe nyang tem prang cit meunang meutuwah teuboh
Syuruga that roeh nyang leusoeh neubri keugata
Lindong gata sigala nyang muhajidin mursalin
Jeut-jeut mukim ikeulim Aceh mulia...
Nyang meubahagia seujahtera syahid dalam prang
Allah peulang dendayang budiadari
Oeh kasiwa-sirawa syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamông syuruga tinggi...
Budiyadari meuriti di dong dji pandang
Di cut abang jak meucang dalam prang sabi
Oh ka judo teungku syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamong syuruga tinggi...
Tidak mengherankan, Sehingga kemudian penyair Taufik Ismail mengabadikan kehebatan hikayat perang sabil karya Tgk. Chik Pante Kulu ini dalam sebuah syair panjangnya berjudul : “Teringat Hamba Pada Syuhada Kita Dihari Kemerdekaan, Musim Haji 1406 H”. Taufik bersyair:…
Nampakkah olehmu puisi itu?
Diserahkan kepada Teungku Chik Ditiro
Di sebuah desa di dekat Sigli
Dan puisi itu berubah menjadi sejuta Rencong...
Terdengarkah olehmu?
Merdunya Al Furqan dinyanyikan
Kemudian puisi perang sabi dibacakan
Yang mendidih darah memanggang udara
Menjelang setiap pasukan terlibat pertempuran
Mengibarkan Panji fi-sabilillah…
Hamba menulis puisi juga
Tapi betapa kurus puisi hamba
Kurang sikap ikhlas hamba
Banyak ria dan ingin tepuk tangan...
Apalah artinya dibandingkan puisi Perang sabi Muhammad Pante Kulu ...
Allah, berkahi penyair abad sembilan belas ini
Beri dia firdaus seluas langit bumi…
Begitu hebatnya Tgk. Chik Pante Kulu di mata penyair Taufik Ismail. Sampai-sampai Taufik menilai puisi-puisi yang ditulisnya selama ini belum memiliki arti apa-apa dibandingkan kebesaran syair hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu. Ulama dan pujanggawan kelahiran 1836 M di Desa Pante Kulu, Kemukiman Titeue, Kota Bakti, Pidie ini, telah lama meninggalkan kita. Namun hikayat perang sabil yang ditinggalkan tetap hidup di jiwa orang yang memang Aceh sebagai hasil karya sastra terbesar yang diakui dunia pada zamannya.