Saturday, March 12, 2016

Kisah Terakhir TGK.AGAM Bersama Alm.CUT Nurasyikin


Kisah ini saya dapatkan dari akun Facebook beliau sendiri, saya terharu akan perjuangan-perjuangan beliau dalam memperjuangkan Nanggroe Aceh Darusallam sehingga menginspirasi saya untuk mencopy paste kisah beliau di dalam blog saya yang sederhana ini,  mohon maaf jika ada kesalahan bentuk penulisan atau ejaan kalimat, Berikut kisah beliau :


KISAH TERAKHIR BERSAMA CUT NURASYIKIN
Kisah ini bermula ketika kami sama-sama berjuang di dalam GAM untuk pembebasan Aceh. Saya aktif dalam GAM semenjak tahun 1998. Cut Nurasyikin mulai aktif jika bukan sedikit lebih awal dari saya, tentu bersamaan dengan saya. Mulanya saya hanya mendengar nama Kak Cut, tetapi semenjak tahun 1999, yaitu menjelang Pawai Referendum Damai, saya kenal langsung dengan Perempuan Hebat ini. Ketika Aceh dibawah Jeda Kemanusiaan di era Gus Dur pada tahun 2000, Kak Cut dan Kak Masyitah pernah dipanggil rapat oleh Tgk Muhammad Lampoh Awe dan Senior Representative GAM untuk HDC karena Kak Cut dan Kak Masyitah dinilai agak banyak membuat statements publik.
Mei 2003: Darurat Militer (Darmil)
Pemerintah Megawati, atas desakan TNI (harap maklum, Mega had no own ideas), Megawati dengan meminjam mulut SBY mengumumkan Darmil untuk Aceh mulai tanggal 19 Mei jam 00:00. Bersamaan dengan Darmil atau lebih dahulu beberapa hari, Cut Nurasyikin ditangkap di Aceh. Pada tanggal 24 Mei saya ditangkap juga setelah beberapa hari berada di Jakarta untuk memulai kegiatan under ground disana. Saya ditransfer ke Aceh setelah sebulan meringkuk di dalam tahanan Polda Metro dimana saya diperlakukan cukup manusiawi. Kami mengalami perlakuan cukup hewani dalam tahanan Polres Aceh Besar (sekarang Poltabes Banda Aceh).
Ruang tahanan saya berukuran 3 x 4 meter yang berisi paling sedikit 20 orang, tak jarang pula berisi sampai 32 orang - berada bersebelahan dengan sel Kak Cut yang berisi sekitar 6 orang. Kak Cut sering membagi makanan kepada kami melalui jeruji pintu besi. Kak Cut juga yang berteriak-teriak untuk menimbulkan perhatian tatkala kami dianiaya diluar batas perikemanusiaan oleh polisi. Kalau Kak Cut sudah berteriak biasanya akan muncul perwira kesana untuk menghentikan penganiayaan itu. Ada seorang perwira yang sering muncul kala Kak Cut membunyikan "sirine"nya, namanya Budiman. Sekarang Pak Budiman adalah Kapolsek Ulee Lheue. Kak Cut divonis 14 tahun (koreksi...) dan saya diputus 9 tahun penjara. Kak Cut mendekam di Penjara Wanita Lhok Nga, sedangkan saya membusuk di Penjara Keudah. Sekali-sekali kami berbicara dengan HP seludupan. Bagi saya HP adalah alutsista untuk meneruskan perjuangan di dalam penjara.
Malam menjelang tanggal 26 Desember 2004, malam terakhir, 5 jam sebelum Tsunami.
Malam minggu, malam terakhir saya berbincang dengan Kak Cut Nurasyikin. Petikan perbincangan selengkapnya saya sajikan dibawah ini, namun bahasanya saya ubah ke dalam Bhs Indonesia, sebagian besar.
Kak Cut Nurasyikin (LP Lhok Nga) menelpon saya (LP Keudah) jam 02 dinihari tanggal 26 Desember 2004.
Kak Cut:
Assalamualaikum Tgk. Agam. Peu haba di sinan? Ini Kak Cut.
Saya:
Wa 'alaikumussalam, disini Jroh, haba got. Teurimonggeunaseh.
Kak Cut:
Tgk. Agam, ada yang mau saya tanyakan sedikit. Boleh, tidak? Saya sangat galau dan sedih akhir-akhir ini.
Saya:
Silahkan Kak Cut. Mau tanya apa?
Kak Cut:
Begini Tgk. Agam, apakah saya masih dianggap sebagai anggota GAM oleh Pimpinan di Swedia? Kan saya dulu pernah diadili di Hotel Kuala Tripa (tempat jururunding GAM).
Saya:
Oh, itu kan sudah selesai permasalahannya sejak lama. No problem. Kak Cut masih seutuhnya anggota GAM.
Kak Cut:
Tapi menurut Pimpinan di Swedia bagaimana?
Saya:
Alaaa, Swedia mana tau apapun mengenai hal itu. Sudah selesai, Kak. Jangan dipikirkan lagi. Kak Cut 100% GAM. Santai aja, Kak Cut.
Kak Cut:
Alhamdulillah.... Alhamdulillah.... Berarti tidak sia-sia pengorbanan saya. Saya masih dianggap sebagai anggota GAM. Alhamdulillah. Saya pikir sudah tidak dianggap lagi. (Suara Kak Cut terisak).
Kemudian percakapan beralih topik, ke laporan pertempuran laut di perairan dekat Belawan antara kapal perang ALRI dengan boat cepat GAM dimana boat milik GAM melakukan serangan dengan RPG-7 terhadap 2 kapal perang RI. Perajurit GAM melaporkan kepada saya sebanyak dua orang kapten kapal di dua kapal perang tersebut tewas. Beberapa bulan yang lalu saya ngobrol dengan seorang Jendral Angkatan Laut, termasuk juga menyinggung cerita jadul tentang pertempuran di laut Belawan tahun 2004, ternyata kedua Perwira AL itu tidak sampai meninggal dunia, hanya luka parah.
Kemudian, Cut Nurasyikin membuat pernyataan yang mengagetkan saya, dan saya protes keras atas pernyataan itu, karena terlalu absurd atau kabur. Tidak mungkin terjadi begitu cepat tanpa agenda apapun.
Kak Cut:
Tgk. Agam, dalam waktu yang sangat dekat ini kita akan memperoleh kemerdekaan. Mungkin saya tidak sempat melihatnya, saya akan meninggal dunia sebelum kemerdekaan itu. Semoga Tgk. Agam dapat melihatnya.
Saya:
Kak Cut.... Kak Cut....!!! Omong apa itu? Gak mungkin terjadi. Tidak ada agenda apa pun tentang Aceh di UN. Jangan sampai Kak Cut telepon ke lapangan, takut nanti timbul eforia yang tidak logis di kalangan pasukan kita, dan menjadi lengah.
Kak Cut:
Ya... Ya... Tgk Agam, tapi ini pasti. Saya jamin kita akan mengalami kemerdekaan, tapi saya tidak sempat melihatnya......
Saya (memotong):
Stop.... Stop.... Kak Cut, jangan teruskan lagi. Gak mungkin, gak mungkin!!!
Kak Cut:
Benar, Tgk. Agam, benar omongan saya. Teungku lihat saja nanti tanggal 30 Abraham Lincoln beserta ribuan tentara Amerika akan mendarat di Aceh, lalu diikuti ribuan tentara dari banyak negara berduyun-duyun ke Aceh.
Saya:
Nyan ka kon.... Nyan ka kon.... (Ini sudah tidak logis). Darimana sumber beritanya, darimana sumber beritanya? Tolong Kak Cut sebutkan sumber beritanya. Tolong jangan Kak Cut propagandain ahli propaganda.
Kak Cut:
Dari BBC....
Kak Cut terdesak dengan pertanyaan saya maka dia jawab sekenanya saja, dari BBC.
Saya:
Ho....ho.... Kak Cut, saya dengar BBC 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Gak ada berita itu. Yang benar aja, darimana sumbernya?
Tut tut tut..... Telepon putus. Saya coba telepon lagi, tapi tidak tersambung. Saya perkirakan HP Kak Cut kehabisan baterai. Jam menunjukkan pukul 03:15 dinihari tanggal 26 Desember 2004. Saya tidur.


EPILOG
Esok hari, sekitar pukul 07:20 tanggal 26 Desember 2004 gempa 9.1 SR mengguncang Aceh. Saya yang lumayan banyak membaca termasuk tentang mekanisme gempa dan dampaknya, berkeliling penjara mengabarkan bahwa gempa ini berpotensi Tsunami. Tetapi saya tidak pernah berpikir Tsunaminya begitu dahsyat. Palingan sepinggang, pikir saya. Namun untuk mengantisipasi segala hal, saya ikat sepatu sport saya erat-erat dan saya masukkan HP dan rokok Marlboro merah saya kedalam kantong plastik lalu saya ikat dengan karet. Tak lama Tsunami pun datang bagaikan kiamat. Saya menyelamatkan diri keatas atap mushalla di tingkat dua menunggu surutnya air.
Pada hari ke-3 pasca Tsunami saya kabur ke Jakarta via Medan. HP mulai aktif lagi pada hari ke-3. Nur Djuli dll saya sms untuk mengabarkan bahwa saya masih hidup. Bungkus rokok Marlboro merah saya perlihatkan kepada aparat sweeping di jalan raya seolah KTP Merah Putih, dan saya lolos.
Srikandi Aceh Cut Nurasyikin telah syahid dalam Tsunami. Tidak ada yang berhasil keluar hidup dari Penjara Lhok Nga.
Sore hari tanggal 30 Desember, saya tiba di Jakarta. Tak lama kemudian, muncul sms dari Nur Djuli: "Abraham Lincoln landed". Saya balas sms: "Apa itu Abraham Lincoln?" Rasanya out of context. Lalu Nur Djuli menjelaskan bahwa Kapal Induk Amerika telah masuk Aceh membawa ribuan tentara.
Pruuuuummmm..... Kontan saya teringat apa kata Almarhumah Cut Nurasyikin, "Teungku lihat saja tanggal 30 nanti Abraham Lincoln beserta ribuan tentara Amerika akan mendarat di Aceh, lalu diikuti ribuan tentara dari banyak negara berduyun-duyun ke Aceh". Saya memang tidak "ngeh" waktu itu ketika Kak Cut Nur Asyikin menyebut nama Abraham Lincoln maksudnya apa.
Tentang berdatangannya puluhan ribu tentara asing ke Aceh sesuai dengan vision Almh Cut Nur Asyikin sewaktu Beliau menelpon saya pada dinihari tanggal 26 Desember 2004, 5 jam sebelum Beliau syahid dalam Tsunami, adalah FAKTA. Akan halnya vision merdeka baru dapat diterjemahkan ke dalam 2 hal: merdekanya ratusan ribu roh Rakyat Aceh ke surga karena Tsunami, atau merdeka kecil - perdamaian dan otonomi khusus bagi yang hidup.
Ilaa nabiyil mustafa wa ilaa syaikuna, wa amiruna, wa ilaa ummuna wa abuwaina, wa ilaa arwahi Cut Nurasyikin dan semua korban Tsunami, Al-Fatihah........

Sekian. Lebih dan kurang saya mohon maaf. (kisah beliau)

No comments:

Post a Comment